Undefined Story.

4/12/2019

Maret. 201x.

"Anj*g." Aku mengumpat sembari merebahkan badan.
"Kunaon maneh?" Saut kawanku yang tergeletak diatas kasur kosannya.
Tiap kuliah selesai memang aku sering mampir ke kosan sobat misqueen ku itu untuk sekedar bercanda gajelas atau numpang boker ceria. Lokasi kampus dan kosannya tak terlalu jauh, hanya butuh waktu 5 menit untuk berjalan kaki.
"Pasti urusan cewe lagi." Tanya dia sembari memainkan jari jarinya diatas smartphone yang rusak kacanya.
"Tau aje lu tuyul.." Jawabku lemas sambil membuka instagram.
Hati sedang rapuh kala itu.
Alasannya satu, wanita yang aku incar dekat dengan cowo lain. Masalahnya bukan dekatnya saja, melainkan rumor yang membicarakan kalo mereka sedang pdkt.

Rewind.
November. 201x.

Hari itu sabtu sore, langit sedang menuju mode malam, gemerlap warna orange menandakan suasana cerah dan nyaman dipandang. Aku dan dirinya sudah berkenalan satu sama lain. Bahkan kita sudah jalan beberapa kali hanya sekedar untuk makan atau menghabiskan weekend bersama.
Dia adalah tipe orang yang jarang berbicara, bukan karena pemalu tapi memang sudah bawaannya dia begitu. Aku suka. Dia melengkapi apa yang aku tidak miliki, urakan, kadang kasar dan brutal, aku heran mengapa dia mau dekat dekat dengan cowo sepertiku.
Ah aku tak banyak berpikir, aku hanya ingin menjalani terus kehidupan seperti ini.
"Besok jogging yuk?"
Terlintas ide buat ajak dia jogging bareng, bukan jogging sih sebenarnya, hanya saja aku ingin terus berdekatan dengan dia. Nyaman.
"Besok? Jam berapa?" Tertulis di layar whatsappku jawaban darinya.
"Jam 7 aja, biar ga panas"
"Yaudah besok ketemu di cfd"
"Oke, see u" Jawabku.
Malam pun tak terasa datang dengan cepat.
Aku ingin segera bertemu dengannya. Aku sudah tidak sabar. Memang benar kata orang, kalo manusia sedang jatuh cinta, dia tak memperdulikan sekitarnya, ceunah superman ge eleh ku awewe mah. Tapi heeh oge sih nya;(( wkwk.
Skip...

Paginya aku berangkat dari rumah menuju lokasi, btw jarak rumah dan lokasi cfd itu sekitar 10km, jadi mengharuskanku membawa kendaraan agar sampai tepat waktu, bisa saja aku jalan atau lari menuju lokasi tapi pulangnya aku naik angkot dan telat. Kan malesi. Wkwk.
Skip.
Pagi itu, kamu terlihat menawan dengan balutan sweater abu, topi hitam dengan rambut ponytail yang diselipkan di celah belakang topimu.
Tak lupa celana olahraga hitam dengan plat putih membuat kesan elegan dan kuat.
Oh shit, perfect sekali.
"Hey.. Hey.."
Dia membuyarkan lamunanku.
"Eh apa..?"
Tak sadar aku melihatinya dengan waktu yang cukup lama yang membuat dirinya tertawa karna tingkah bodohku itu.
Tertawanya renyah tanpa beban, membuat semua orang yang melihatnya mungkin ikut tertawa.
Gorgeous. Kata yang tepat untuk mendeskripsikan dia pagi itu.
Kita melanjutkan aktifitas olahraga gak jelas hari itu hingga pukul 10. Kenapa gajelas, karna kita cuma jogging sekitar 30 menit dan sisanya ngobrol gajelas dan sisanya aku yang terpukau padanya hari itu.
------------------------------------------------------------------

Hubungan kami tidak lebih dari teman lintas prodi tapi kami melakukan aktifitas seperti sebuah pasangan. Bagaimana tidak, tiap sewaktu pulang dia aku antar, makan bareng, hangout bareng dan bahkan setiap ada waktu libur kita selalu mengeksplor wisata yang ada. Orang orang mungkin berpikir kami sudah ada hubungan tapi nyata tak seperti itu. Pahit memang.
Alih alih seperti itu, tak terasa kami sudah menginjak semester dimana fase semester itu para mahasiswanya mulai disibukan dengan tugas tugas diluar nalar manusia. Bahkan alien pun sepertinya gagal invasi bumi karna adanya tugas itu.

Dari waktu kewaktu aku semakin sadar bahwa kuliah itu memang berat, apalagi jurusanku adalah bidang ilmu yang tidak bisa diganggu gugat. Beberapa waktu kebelakang pun kami sudah tidak rutin untuk jalan bareng atau hangout bareng lagi, alasannya sama, kami sibuk sana sini, kami berkomitmen bahwa 'ini' akan terus berlanjut hingga semua urusan ini selesai.
Kami mulai jarang bertemu dikampus, bahkan saling berkabar pun terhalang waktu, chat pun dibalas dengan durasi yang lama. Aku memakluminya karna memang fase ini sangat tidak memungkinkan kami untuk berleha-leha lagi, kami harus menyelesaikan studi ini dengan baik.
----------------------------------------------------------------------

Setelah beberapa waktu kemudian, semester neraka itu mulai mereda, tugas sudah mulai terkikis, ujian dan praktikum pun sudah mulai terlewati.
Aku pun tersadar bahwa hubungan kami sudah tak terlalu dekat seperti dulu lagi.
Chat yang mulai gampang basi dan sikapnya yang mulai dingin mulai merasuk membuatku keki dibuatnya.
Pertanyaan pun terlintas dipikiranku, dia kenapa.
Aku tanyakan padanya, namun jawaban darinya tidak membuatku puas, jawaban dan sikapnya sangat tidak sinkron. Aku mulai gelisah. Ada apa sebenarnya.
Hingga beberapa waktu setelahnya, aku mulai mendengar rumor menyakitkan dari teman temannya bahwa dia mulai dekat dengan seseorang. Bagaikan sebuah petir disiang bolong. Aku terkejut dengan apa yang rumor itu katakan, tapi aku percaya bahwa dirinya tak mungkin seperti itu. Perkataan dia dulu yang membuat kami berkomitmen adalah salahsatu dinding yang membuatku tidak bisa bergerak.

Kami menjalani hubungan ini seperti musim kemarau, panas dan tak menyenangkan.
Hingga sampai pada sewaktu aku selesai praktikum, aku berniat untuk menuju kedai makanan disebelah kampus karna paginya aku skip sarapan karna kesiangan, aku melihat samar dirinya melintas didepan mukaku bersama seseorang menaiki sebuah motor sport. Bagaimana tidak kebakaran jenggot, dirinya memeluk pria didepannya dan seketika dirinya memalingkan muka.
Sudah kuduna.
Endingnya benar benar tak kuduga. 

Aku jengah dengan keadaan ini. Ku tinggalkan makanan yang sedang kupegang itu, aku bayar dan langsung pergi meninggalkan warung makan itu tapi tiba tiba ada yang menarik tanganku, terasa kasar, dan tidak manusiawi, saat kuputar kepalaku, ternyata mas mas warung.
"Jang duitna kurang goceng" Saut dirinya.
"Ohh kurang lin mas?" Tanya bego.
Kemudian aku cari uang goceng yang ternyata tak ada sama sekali didalam saku dan dompetku, yang ada hanya lembar 10ribu. Aku berikan pada mas mas itu dan aku langsung pamit tanpa meminta kembalian. Pikiranku sudah kalap kala itu.
Kacau tak bertuan. Galau tak tertahankan. Aku jalan menuju kosan kawanku. Dan bercerita sana sini hingga akhirnya dia berkata sesuatu.
"Hal yang tak kamu kejar dan kamu dapatkan adalah hal yang tak lantas denganmu. Allah tau hal yang baik untuk hambanya. Bersabarlah." Saut bijak bocah satu itu.
Aku mulai mereda. Sampai akhirnya aku sadar dia bukan untukku. Aku mulai berhenti berharap. Mulai melupakan dan memulai yang baru.
Sesuatu yang buruk jangan terlalu dikekang terlalu lama. Manusia bisa gila dibuatnya. Maka lakukanlah hal yang ingin kamu lakukan tanpa merugikan orang lain. Terutama dalam hal perasaan. Jangan sampai salah menyimpan, hati manusia berubah ubah, bahkan tak bisa diukur. Aku pamit.

End.
Undefined Story.
Tr1dent.
Previous
Next Post »